Khutbah Jumat: Cara Berbakti Kepada Kedua Orangtua, Meskipun Telah Meninggal Dan Melaksanakan Qurban Untuk Orangtua
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حُسْنًا.
Hadirin Rahimakumullah
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.
Pada kesempatan khutbah kali ini khotib akan
menyampaikan “Bagaimana cara kita berbaikti kepada orangtua walaupun sudah meninggal, hukum berqurban untuk orangtua yang sudah wafat?”.
Allah SWT berfirman
dalam surat Al Ankabuut 29:8
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ
بِوَٰلِدَيْهِ حُسْنًا
Artinya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada
dua orang ibu-bapaknya
Imam Al-Qurtubi memaparkan, bahwa kebaikan kepada orang tua
yang dimaksud ialah berbuat baik, menjaga mereka, merawat, berbakti pada apa
yang telah mereka perintahkan, tidak "memperbudak mereka" dan tidak
merasa tinggi diatas mereka. (Birru al-Walidain, Syekh Azhari Ahmad Mahmud,
hlm. 7).
Nabi juga bersabada betapa pentingnya meraih ridla Allah atas
ridla kedua orangtua:
رِضَا اللهِ
فِيْ رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُهُ فِيْ سَخَطِهِمَا (رَوَاهُ الحَاكِم
والطَّبَرَانِيّ والبَيْهَقِيّ في شُعَب الإيْمَان)
Maknanya: “Ridla Allah berada pada ridla kedua orang tua dan
murka Allah berada pada murka kedua orang tua” (HR al-Hakim, ath Thabarani dan
al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).
Maka selagi orangtua masih hidup. Mari sebagai anak kita berusaha
birrul walidain dengan sikap yang baik, ucapan yang baik maupun perbuatan yang baik.
Mau melayani mereka terutama di usia tua.
Hadirin Rahimakumullah
Saat orangtua telah wafat, masih banyak pebuatan yang bisa
lakukan untuk berbakti kepadanya. Seorang sahabat pernah bertanya pada
Rasulallah SAW, tepatnya setelah beliau mengingatkan akan pentingnya berbuat
kebaikan kepada orang tua dan sanak famili.
يا رَسُولَ
اللَّهِ هَلْ بَقِيَ عَلَيَّ مِن بِرِّ أبَوَيَّ شَيْءٌ أبَرُّهُما بِهِ بَعْدَ
وفاتِهِما؟ قال : نَعَمْ، الصَّلاةُ عَلَيْهِما
والِاسْتِغْفارُ لَهُما وإنْفاذُ عَهْدِهِما وإكْرامُ صَدِيقِهِما وصِلَةُ
الرَّحِمِ الَّتِي لا تُوصَلُ إلّا بِهِما
Artinya: Wahai Rasulallah, apakah tetap wajib bagiku berbakti
pada kedua orang tua. Haruskah aku berbakti pada mereka setelah mereka tiada?
Rasulullah SAW menjawab: Ya, dengan cara mendoakan keduanya, memintakan ampun,
melaksanakan wasiatnya, memulyakan rekan keduanya, dan menyambung silaturrahim
yang tak dapat dilaksanakan kecuali dengan keduanya. (Syekh Said al-Qasimi,
Mau'idzah al-Mu'minin, hakaman: 165).
أخبرنا الربيع
بن سليمان قال حدثنا الشافعي إملاء قال : يلحق الميت من فعل غيره وعمله ثلاث : حج
يؤدى عنه ومال يتصدق به عنه ودعاء
Imam Syafi'i berkata: “Mayit bisa mendapat pahala dari
perbuatan dan amal orang lain ada 3 : 1. Haji yang dlaksanakan untuknya. 2.
Hartanya yang dishodaqhkan, 3.Doa untuk nya.” (Al Majmu’ Syarah Muhadzab)
Hadirin Rahimakumullah
Termasuk sedekah untuk mayit yang dapat kita laksanakan
adalah melaksanakan qurban dan mengirimkan pahalanya. Dalam
masalah qurban ini, madzhab syafii menghukumi tidak sah (karna tidak
mendapatkan izinnya). Namun Imam Rofii memperbolehkannya walaupun tidak ada
wasiat karena hal tersebut merupakan bentuk shodaqoh.
(وَلاَ تَضْحِيَةَ عَنِ الْغَيْرِ)
الْحَيِّ (بِغَيْرِ إذْنِهِ) وَبِإِذْنِهِ تَقَدَّمَ (وَلاَ عَنْ مَيِّتٍ إنْ لَمْ
يُوصِ بِهَا) وَبِإِيصَائِهِ تَقَعُ لَهُ. (قوله وَبِإِيصَائِهِ) ... إلى أن قال:
وَقَالَ الرَّافِعِيُّ: فَيَنْبَغِي أَنْ يَقَعَ لَهُ وَإِنْ لَمْ يُوصِ لأَنَّهَا
ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ.
Imam Nawawi berpendapat bahwa tidak sah berqurban untuk orang
lain yang masih hidup tanpa mendapat izin dari yang bersangkutan, tidak sah
juga berqurban untuk mayit, apabila tidak berwasiat untuk diqurbani. Sementara
itu Imam Rafi’i berpendapat boleh dan sah berqurban untuk mayit walaupun dia
tidak berwasiat, karena ibadah qurban adalah salah satu jenis shadaqah.
Pendapat Imam Rafii tersebut juga didukung riwayat sahabat Ali
RA:
أن عليا رضي
الله عنه كان يضحي عن النبي صلى الله عليه وسلم بكبشين، وقال: إنه صلى الله عليه
وسلم أمره بذلك.
Bahwasanya Ali RA pernah berqurban atas nabi SAW dengan
menyembelih dua ekor kibasy. Dan beliau berkata: bahwasanya nabi SAW
menyuruhnya melakukan yang demikian. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, Ahmad, Hakim
dan Al-Baihaki).
Maka, dapat disimpulkan terdapat dasar memperbolehkan qurban untuk orang yang sudah meninggal.
Dengan demikian, tidak ada kata terlambat untuk berbakti pada
orang tua. Banyak sekali amal perbuatan yang dapat kita laksanakan untuk
berbakti kepda orangtua. Semoga kita termasuk anak yang berbakti meraih
ridhonya dan ridlo orangtua. Amin.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Komentar0