Jadilah Generasi Islam Milenial Sejati dengan Memahami konsep "Tabayyun" ala Nabi Muhammad SAW
Tradisi tabayyun merupakan tradisi ajaran Islam yang dapat menjadi solusi dari zaman ke zaman. Terutama bagi informasi-informasi yang berpotensial memunculkan konflik dalam masyarakat. Metode tabayyun merupakan proses klarifikasi sekaligus analisis atas informasi dan situasi serta problem yang dialami umat.
Era milenial ditandai dengan mudahnya mengakses dan mengirim informasi dengan fasilitas media sosial. Kemudahan tersebut menjadi nilai lebih untuk generasi islam milenial dalam menyampaikan dakwah islam.
Seiring dengan itu, saat ini sangat mudah sekali terjadi hoaks¸ fitnah, ujaran kebencian, dan hal terlarang dalam agama dan social. Dikarenakan kurangnya memahami referensi dan malas mencari kebenaran terlebih dahulu sebelum mengshare informasi.
Dengan tabayyun akan mendapatkan hasil kesimpulan yang lebih bijak, arif dan lebih tepat sesuai keadaan masyarakat sekitarnya.
Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan memberikan rambu-rambu dalam kita bersosial dan berdakwah. Salah satu konsep dakwah Islam yang benar adalah menyampaikan sesuatu yang benar sesuai ajaran Nabi dengan cara yang lemah lembut.
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ
Artinya, “Ajaklah manusia kepada jalan tuhan-Mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik” (Surat An-Nahl ayat 125)
Pengertian Dan Sumber Hukum Tabayyun
Tabayun berarti mencari kejelasan hingga
terang dan benar (verifikasi). Meliputi memastikan sumbernya terpercaya atau
tidak, isi dan maksud beritanya baik atau tidak, dan juga harus memastikan
konteks tempat dan waktu serta latar belakang saat informasi tersebut
disampaikan.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن
تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujurat: 6)
وَ لاَ تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ , إِنَّ السَّمْعَ وَ الْبَصَرَ وَ الْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ
كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS
al-Isrâ’ [17]: 36).
مَنْ كَذَّبَ
عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ - الحديث
"Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka silahkan ia pilih tempat kembalinya di dalam neraka “.
Kisah Tabayyun Zaman Nabi Muhammad SAW
Suatu hari ada dua orang sahabat Nabi yang bepergian ke
pemukiman yahudi bernama Muhayyisyah dan Abdullah bin Sahl. Keduanya terpisah
di kampung tersebut. Singkat cerita, Abdullah bin Sahl dikabarkan meninggal di
kampung tersebut tanpa sebab yang jelas.
Kemudian Muhayyishah mengabari kakaknya Huwaysyah bahwa
adiknya Abdullah bin Sahl telah meninggal di pemukiman yahudi. Setelah itu
keluarga muhayyisyah menuntut peperangan dengan menuduh Yahudi yang telah
membunuh saudaranya.
Lalu Muhayyisyah mempersilahkan kakaknya Huwayshah untuk
melaporkan peristiwa itu kepada Nabi. Dan setelah mendatanginya, Nabi tidak
seketika meminta untuk memerangi kaum yahudi. Tetapi nabi justru meminta
Tabayyun sebab matinya Abdullah bin Sahl.
Baca juga: Doa Pengasihan Nabi Yusuf AS untuk Mahabbah
Setelah tabayyun dilaksanakan, tidak ada saksi satupun yang
mengetahui bahwa Abdullah bin Sahl dibunuh oleh yahudi. Nabi kemudian bertanya, "Jikalau 50 orang
Yahudi bersumpah tidak membunuh, apakah kalian akan menerimanya?"
Muhayyishah mengatakan, "Bagaimana kami bisa menerima sumpah dari
non-Muslim? Kalau mereka berbohong bagaimana?”
Pada waktu itu Keluarga Muhayyishah tetap menuntut keadilan. Dan setelah itu, setelah tidak ada titik temu Nabi dengan bijaksana memberikan Diyat (denda) 100 unta kepada keluarga Muhayyisah dan perang pun terhindarkan.
Tingkat Pemahaman Manusia
Setiap manusia diberikan anugrah ilmu (pengetahuan) yang berbeda-beda oleh Allah. Dengan bekal ilmu generasi islam milenial harus berani menyampaikan ajaran dan syariat Nabi Muhammad SAW.
Ada tiga kategori tingkatan ilmu yang harus kita pahami. Satu, Ilmu yaqin (mengetahui sesuatu disertai dengan syarat bukti/dasar). Dua, Ainul Yaqin (sesuatu yang adanya dengan hukum bayan (penjelasan). Tiga, Haqqul Yakin (sesuatu yang adanya dengan sifat terang, tanpa keraguan sama sekali).
Baca juga: Doa Mahabbah Ampun dan Kilat
Konsep Muqhtadhol Hal
Tidak semua hal harus kita sampaikan kepada orang lain. Pun tidak baik pula ketika kita menyembunyikan kepribadian kita. Muqtadhol hal merupakan salah satu disiplin ilmu balaghoh, ilmu yang mengajarkan seseorang berkomunikasi dengan baik dan benar.
Bicaralah seperlunya dan semudah mungkin untuk dimengerti orang lain. Dan selalu memberikan pesan kebaikan dalam menebarkan ajara islam.
Muqtadhol Hal (sesuai keadaan) artinya seseorang dalam berbicara atau bersikap harus tau situasi dan kondisi. Termasuk mengerti kapan, dimana dan bagaimana dalam menyampaikan informasi. Serta tau cara berkomunikasi yang baik sesuai keadaan dan tingkatan mukhotob/ audiens.
Baca juga: Doa Ijazah Ilmu Ladunni untuk Para Pelajar
Implementasi Tabayyun dalam Aktivitas Sehari-hari
Terdapat beberapa tempat dan aktifitas dalam seseorang menenapkan sikap Tabayyun, diantaranya:
· Saat mengakses
dan Mendapatkan Informasi
· Saat menyampaikan
Informasi
· Menyelesaikan
Kasus atau Masalah
. Dalam Masalah Keluarga dan Rumah Tangga
· Tabayyun
tentang Kebijakan Pemerintahan
· Membentengi
Marwah Para Ustadz, Kyai, Ulama dan para Habaib dari Fitnah dan Hoax
· Tabayyun pada Diri Sendiri. Muhasabah nafs, memahami hakikat penciptaan, selalu bersyukur dan mengetahui peran dan kedudukan diri sendiri dalam hal pribadi atau kelompok.
Prof. KH. Muhammad Quraish Shihab dalam Yang Hilang dari Kita: Akhlak
*Materi Selapanan PAC IPNU IPPNU Kecamatan Dawe 2023 oleh Bapak Agus Manshurudin, S.Pd.
Komentar0