ILMUSANTRI.NET Doa dan Amalan Rebo Wekasan - Rebo Wekasan pada tahun ini jatuh pada Rabu, 6 Oktober 2021 atau 29 Sofar 1443 H. Rebo Wekasan merupakan tradisi doa dan selamatan yang dilaksanakan di hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Bentuk ritual Rebo Wekasan yakni salat tolak bala atau lidaf'il balaa, berdoa dengan doa khusus, hingga selamatan. Dilansir dari NU Online, tradisi Rabu Wekasan sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lain-lain.
Apa Itu Rebo Wekasan?
Rebo wekasan adalah satu kalimat yang terdiri dari kata Rebo dan Wekasan. Rebo berarti hari Rabu dan Wekasan adalah bahasa jawa yang berarti terakhir. Maka dalam istilah Rebo Wekasan adalah hari rabu terakhir yang jatuh bulan safar.
Kabar tentang turunnya balak setiap rebo wekasan ini tidak ada dasar dari Hadis Nabi, akan tetapi khabar ini dituliskan oleh Ulama Ahli Kasyaf (ulama yang terbuka mata hatnya) bahwa sesungguhnya dalam setiap tahun diturunkan 320.000 bencana atau bala dan semuanya diturunkan pada hari Rabu akhir dari bulan Shafar, maka hari itu merupakan hari yang paling berat dalam setahun.
Berikut kutipan Ulama tentang dalil Rebo Wekasan, disampaikan oleh Imam al-Dairabi:
ذَكَرَ بَعْضُ الْعَارِفِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْكَشْفِ وَالتَّمْكِيْنِ أَنَّهُ يَنْزِلُ فِي كُلِّ سَنَةٍ ثَلَاثُ مِئَةِ أَلْفِ بَلِيَّةٍ وَعِشْرُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْبَلِيَّاتِ وَكُلُّ ذَلِكَ فِيْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ الْأَخِيْرِ مِنْ صَفَرَ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ الْيَوْمُ أَصْعَبَ أَيَّامِ السَّنَةِ
Sebagian ulama Arifin dari Ahli Kasyf menuturkan bahwa pada setiap tahunnya diturunkan 320 ribu bala’ (cobaan). Yaitu terjadi pada hari Rabu terakhir dari bulan Shafar. Pada waktu itu merupakan hari terberat dari sekian banyak di hari dalam satu tahun.”
Tradisi Rebo Wekasan
Masyarakat Indonesia banyak sekali mengamalkan tradisi Rebo Wekasan dalam bentuk macam-macam. Diantaranya doa pada malam harinya, sholat tolak balak dan ada juga yang membuat air suwuk (air doa) dengan ayat-ayat Alquran yang ditujukan bagi orang yang tidak bisa membaca Alquran seperti anak kecil dan wanita yang sedang haid.
Bentuk ritual Rebo Wekasan meliputi empat hal;
(1) shalat tolak bala'/mutlaqoh/hajat
(2) berdoa dengan doa-doa khusus;
(3) minum air suwuk; dan mandi.
(4) selamatan, sedekah, silaturrahin, dan berbuat baik kepada sesama.
Amalan Rebo Wekasan
Selanjutnya Imam Dairabi juga menjelaskan tentang amalan-amalan yang dapat menangkal kita dari tuurunnya balak rebo wekasan. Yakni membaca doa dan melaksanakan sholat rebo wekasan:
1# Doa Rebo Wekasan
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اللَّهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
اللهم بِالسِّرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَأُمِّهِ وَبَنِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ تَعَالىَ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ (٣x)
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, yang Maha sangat kekuatannya, yang Maha Kuat KepastianNya. Wahai Allah yang Maha Mulia, wahai Dzat yang karena karena kemulyaanMu seluruh maklukMu rendah, peliharalah saya dari kejelekan seluruh Makhlukmu.
Wahai Allah yang memberikan kebaikan, kelebihan, kenikmatan dan kemulyaan. Wahai Dzat yang tidak ada Tuhan kecuali Engkau, sayangilah saya dengan kasih sayangMu. Wahai Allah yang Maha memberi Rahmat.
Ya Allah dengan rahasia (sirrinya sayyidina Hasan, cucu Nabi) dan saudaranya, dan kakeknya, ayahnya, ibunya, anak-anaknya, peliharalah saya dari kejelekan hari ini dan segala kejelekan segala yang terjadi di dalamnya. Wahai Allah yang Maha Memelihara atau mencukupi orang-orang susah, Wahai Allah yang Maha menolak bala' (cobaan).
#2 Sholat Rebo Wekasan - Hukum dan Tata caranya
Hukum Sholat Shalat Rebo Wekasan (sebagaimana anjuran sebagian ulama di atas), Jika niatnya adalah shalat Rebo Wekasan secara #khusus, maka hukumnya #tidak #boleh, karena Syariat Islam tidak pernah mengenal shalat bernama “Rebo Wekasan”.
Tapi jika niatnya adalah shalat sunnah mutlaq atau shalat hajat, maka hukumnya BOLEH. Shalat sunnah mutlaq adalah shalat yang tidak dibatasi waktu, tidak dibatasi sebab, dan bilangannya tidak terbatas.
Shalat hajat adalah shalat yang dilaksanakan saat kita memiliki keinginan (hajat) tertentu, termasuk hajat li daf’il makhuf (menolak hal-hal yang dikhawatirkan).
Keputusan musyawarah NU Jawa Tengah tahun 1978 di Magelang juga menegaskan bahwa shalat khusus Rebo Wekasan hukumnya #haram, #kecuali jika diniati shalat sunnah #muthlaqah atau niat shalat #hajat.
Kemudian Muktamar NU ke-25 di Surabaya (Tanggal 20-25 Desember 1971 M) juga melarang shalat yang tidak ada dasar hukumnya, #kecuali diniati shalat #mutlaq. (Referensi: Tuhfah al-Muhtaj Juz VII, Hal 317).
Hadratus Syeikh KH. M. Hasyim Asy’ari pernah menjawab pertanyaan tentang Rebo Wekasan dan beliau menyatakan bahwa semua itu tidak ada dasarnya dalam Islam (ghairu masyru’).
Kesimpulan. BOLEH dilaksanakan dengan NIAT SHOLAT MUTHLAK.
Tata cara sholat rebo wekasan:
Tata cara sholat rebo wekasan dijelaskan dalam kitab Al-Jawahir Al-Khams karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar (w. th 970 H).
- Sholat didirikan sebanyak 4 rakaat 2 kali salam
- Niat sholat rebo wekasan: اُصَلِّي سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَءِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
- Setiap rakaat setelah fatihah membaca :
1. Surat al-Kaustar 17 kali,
2. Surat al-Ikhlash 5 kali,
3. Surat al-Falaq dan an-Nas masing-masing 1 kali
- Sebelum melaksanakan salat membaca istighfar :
اَسْتَغْفِرُالله الْعَظِيمْ
اَلَّّذِيْ لَاإِلَهَ إلاَّ هُوَالْحَىُّ الْقَيُّومُ وَاَتُوبُ إِلَيْهِ تَوْبَةَ
عَبْدٍ ظَالِمٍ لآيَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا ولآنَفْعًاوَلآمَوْتًا ولآحَيَاتًا وَلآنُشُورًا
(Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
Do’a setelah salat lidaf’il Bala:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمْ يَاشَدِيْدُالْقُوَّى وَيَاشَدِيْدَالْمِحَالِ اّللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُبِكَ بِكَلِمَتِكَ التَّّآمَّاتِ كُلِّهَا مِنَ الرِّيحِ الْاَحْمَرِ وَمِنَ الدَّاءِ الْاَكْبَرِ فِي النَّفْسِ وَالدَّمِّ وَاللَّحْمِ وَالْعُظْمِ وَالْْجُلُوْدِ وَالْعُرُوقِ سُبْحَانَكَ إِذَاقَضَيْتَ اَمْرًا أَنْتَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونَ , اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ برحمتك يآارحم الرّا حمين
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu
yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang
dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata
kepadanya, “Jadilah” maka “jadilah ia”.
#3 Air Suwuk Rebo Wekasan
Bagi wanita haid dan anak kecil tetunya tidak bisa melaksanakan doa dan sholat rebo wekasan. Khasiat meminum air suwuk akan diselamatkan dari marabahaya dan balak balak pada hari itu dan setahun ke depan.
Dalam Kitab Sullamul Futuhat susunan KH. Abdul Hannan Ma'shum Kwagean Kediri dijelaskan cara membuat air suwuk sebagai berikut:
1. Tulis ayat di bawah ini pada kertas
2. Rendam kertas dalam air
3. Minum air atau untuk mandi.
1. سلام قولامن رب الرحيم
2. سلام على نوح فى العالمين
3. سلام على ابراهيم
4. سلام على موسى وهارون
5. سلام على إلياسين
6. سلام عليكم طبتم فادخلوهاخالدين من كل امرسلام هي حتى مطلع الفجر
Apakah melaksanakan Amalan Rebo Wekasan termasuk Bidah?
Dalam kitab Irsyad al-‘Ibad dijelaskan Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam tentang salat-salat yang dianggap bid’ah. Termasuk diantaranya adalah sholat rebo wekasan. Hukum bidah dalam sholat tersebut mana kala mengkhususkan untuk keyakinan akan adanya balak.
Akan tetapi dalam keterangan selanjutnya Syaikh Zainuddin Al-Malibari menjelaskan, supaya tidak bidah kita dapat menggantinya seperti halnya sholat mutlak (sholat tanpa syarat):
قَالَ الْعَلَّامَةُ الشَّيْخُ زَيْنُ الدِّيْنِ تِلْمِيْذُ ابْنِ حَجَرٍ اَلْمَلِكِى فِى كِتَابِهِ اِرْشَادِ الْعِبَادِ كَغَيْرِهِ مِنْ عُلَمَاءِ الْمَذْهَبِ: وَمِنَ الْبِدَعِ الْمَذْمُوْمَةِ الَّتِى يَأْثَمُ فَاعِلُهَا وَيَجِبُ عَلَى وُلَاةِ الْأَمْرِ مَنْعُ فَاعِلِهَا صَلَاةَ الرَّغَائِبِ -اِلَى أَنْ قَالَ- أَمَّا أَحَادِيْثُهَا فَمَوْضُوْعَةٌ بَاطِلَةٌ وَلَا يَغْتَرُّ عَنْ ذِكْرِهَا اهـ، قُلْتُ وَمِثْلُهُ صَلَاةُ الصَّفَرِ فَمَنْ أَرَادَ الصَّلَاةَ فِى وَقْتِ هَذِهِ الْأَوْقَاتِ فَلْيَنْوِ النَّفْلَ الْمُطْلَقَ فُرَادَى مِنْ غَيْرِ عَدَدٍ مُعَيَّنٍ وَهُوَ مَا لَا يَتَقَيَّدُ بِوَقْتٍ وَلَا سَبَبٍ وَلَا حَصْرَ لَهُ اهـ
“Syaikh Zainuddin (Al-Malibari) menungkapkan dalam kitabnya Irsyad al-Ibad seperti halnya ulama lain dari mazhab Syafi’i bahwa termasuk dari bid’ah yang tercela pelakunya berdosa dan wajib dilarang oleh pemerintah adalah salat Ragha`ib, hadis-hadis yang dipakai adalah hadis maudhu’ maka jangan terpancing untuk menuturkannya. Saya (Syaikh Zainuddin) berkata: termasuk dari bid’ah adalah salat bulan Shafar. Maka siapa yang ingin mengerjakan salat di waktu ini, niatilah salatnya dengan niat salat sunah mutlak secara sendiri dan tanpa hitungan tertentu. Sebab salat sunah mutlak itu tidak terikat dengan sebab dan tidak terikat dengan batas.”
Perbedaan ulama yang semacam ini bukanlah untuk dipertentangkan dan diperselisihkan, namun untuk memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada umat untuk menjalani agama dengan tanpa keluar dari jalur syariat.
Keyakinan Akan Turunnya Balak
Pada hakikatnya balak hanyalah dari Allah dan Allah lah yang mengetahuinya. Yang terpenting dari itu semua adalah agar akidah umat tidak keliru apalagi tersesat. Bahwasanya tidak ada hal-hal buruk yang terjadi karena sebab-sebab tertentu, seperti datangnya hari demikian, datangya tanda-tanda demikian, atau hal-hal lain yang berbau mitos dan klenik. Bahkan hal ini sangat dilarang oleh syariat.
Kita harus yakin bahwa semua yang terjadi pada kita apakah itu baik atau buruk merupakan takdir dan kehendak Allah. Seperti tertera dalam rukun iman yang kelima. Yakni meyakini qadha` dan qadar baik dan buruk itu berasal dari Allah. Syaikh Abdurrauf al-Manawi dalam Faidl al-Qadir juz 1, hal.62 menjelaskan:
وَالْحَاصِلُ أَنَّ تَوَقِّيَ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ عَلىَ جِهَةِ الطِّيَرَةِ وَظَنِّ اعْتِقَادِ الْمُنَجِّمِيْنَ حَرَامٌ شَدِيْدُ التَّحْرِيْمِ إِذِ الْأَيَّامُ كُلُّهَا لِلهِ تَعَالىَ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ بِذَاتِهَا وَبِدُوْنِ ذَلِكَ لَا ضَيْرَ وَلَا مَحْذُوْرَ وَمَنْ تَطَيَّرَ حَاقَتْ بِهِ نَحْوَسَتُهُ وَمَنْ أَيْقَنَ بِأّنَّهُ لَا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ إِلَّا اللهُ لَمْ يُؤَثِّرْ فِيْهِ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ
“Walhasil, sesungguhnya segala bentuk kehati-hatian dan penjagaan di hari Rabu atas dasar mitos buruk dan meyakini kebenaran para peramal adalah sangat diharamkan. Sebab semua hari adalah milik Allah. Tidak dapat berdampak buruk dan memberi manfaat dengan sendirinya. Dan dengan tanpa keyakinan akan mitos buruk tersebut, maka diperbolehkan.
Barangsiapa meyakini mitos buruk, maka kejadian buruk tersebut benar-benar akan menimpanya. Barangsiapa meyakini bahwa tidak ada yang memberi bahaya dan manfaat kecuali Allah, maka tidak akan terjadi kepadanya keburukan tersebut”.
Kesimpulan
Mengamalkan Doa dan Sholat Rebo Wekasan tetap diperbolehkan dari beberapa keterangan di atas. Hanya saya keyakinan untuk umat Islam tetap meyakini bahwa setiap balak adalah kehendak Allah, bukan hanya karena hari Rebo Wekasan tersebut.
Demikian tentang Arti, Dalil, Doa dan Amalan Rebo Wekasan. Semoga keimanan kita tetap terjaga dan kita semua dijauhkan dari balak dan musibah. Amin.
Komentar0