Profil Lengkap Prof Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A (laduni.id)
Keluarga Prof Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A
KH. Said Aqil Siradj menikah dengan Nyai Nur Hayati Abdul Qodir. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai empat orang anak, diantaranya: Muhammad Said Aqil, Nisrin Said Aqil, Rihab Said Aqil, Aqil Said Aqil.
Nasab Prof Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A
Berdasarkan silsilah nasab KH. Said Aqil Siradj, beliau merupakan dzuriyah Rasullullah yang ke-41 dengan urutan nasabnya sebagai berikut:
- Nabi Muhammad SAW
- Fatimah Az-Zahra
- Al-Imam Sayyidina Hussain
- Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
- Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
- Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
- Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
- Sayyid Muhammad An-Naqib bin
- Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
- Ahmad al-Muhajir bin
- Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
- Sayyid Alawi Awwal bin
- Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
- Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
- Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
- Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
- Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
- Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
- Sayyid Abdullah Al-’Azhomatul Khan bin
- Sayyid Ahmad Shah Jalal (Ahmad Jalaludin Al-Khan) bin
- Sayyid Syaikh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Al-Khan Al Husein) bin
- Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan (‘Ali Nurul ‘Alam)
- Sayyid ‘Umdatuddin Abdullah Al-Khan bin
- Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
- Pangeran Pasarean (Pangeran Muhammad Tajul Arifin)
- Pangeran Dipati Anom (Pangeran Suwarga atau Pangeran Dalem Arya Cirebon)
- Pangeran Wirasutajaya (Adik Kadung Panembahan Ratu)
- Pangeran Sutajaya Sedo Ing Demung
- Pangeran Nata Manggala
- Pangeran Dalem Anom (Pangeran Sutajaya ingkang Sedo ing Tambak)
- Pangeran Kebon Agung (Pangeran Sutajaya V)
- Pangeran Senopati (Pangeran Bagus)
- Pangeran Punjul (Raden Bagus atau Pangeran Penghulu Kasepuhan)
- Raden Ali
- Raden Muriddin
- KH. Raden Nuruddin
- KH. Murtasim (Kakak dari KH Muta’ad leluhur pesantren Benda Kerep dan Buntet)
- KH. Said (Pendiri Pesantren Gedongan)
- KH. Siradj
- KH. Aqil
- Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj (Ketua PBNU)
Sanad Ilmu dan Pendidikan Prof Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A
Perjalanan Menuntut Ilmu
KH. Said Aqil Siradj kecil kemudian tumbuh dalam tradisi dan kultur pesantren. Dengan ayahandanya sendiri, ia mempelajari ilmu-ilmu dasar keislaman. Kiai Aqil sendiri, Ayah Said merupakan putra Kiai Siroj, yang masih keturunan dari Kiai Muhammad Said Gedongan.
Kiai Said Gedongan merupakan ulama yang menyebarkan Islam dengan mengajar santri di pesantren dan turut berjuang melawan penjajah Belanda.
“Ayah saya hanya memiliki sepeda ontel, beli rokok pun kadang tak mampu. Dulu setelah ayah memanen kacang hijau, pergilah ia ke pasar Cirebon. Zaman dulu yang namanya mobil transportasi itu sangat jarang dan hanya ada pada jam-jam tertentu,” kenang KH. Said Aqil Siradj dalam buku Meneguhkan Islam Nusantara; Biografi Pemikiran dan Kiprah Kebangsaan (Khalista: 2015).
Setelah merampungkan mengaji dengan ayahanda maupun ulama di sekitar Cirebon, dan umur dirasa sudah cukup, Kiai Said remaja kemudian belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur yang didirikan oleh KH. Abdul Karim (Mbah Manaf).
Di Lirboyo, ia belajar dengan para ustadz dan kiai yang merawat santri, seperti KH. Mahrus Ali, KH. Marzuki Dahlan, dan juga Kiai Muzajjad Nganjuk.
Setelah selesai di tingkatan Aliyah, ia melanjutkan kuliah di Universitas Tribakti yang lokasinya masih dekat dengan Pesantren Lirboyo. Namun kemudian ia pindah menuju Kota Mataram, menuju Yogyokarta. Di Yogyakarta, KH. Said Aqil Siradj belajar di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak dibawah bimbingan KH. Ali Maksum (Rais Aam PBNU 1981-1984).
Selain mengaji di pesantren Krapyak, ia juga belajar di IAIN Sunan Kalijaga, yang ketika itu KH. Ali Maksum menjadi Guru Besar di kampus yang saat ini sudah bertransformasi menjadi UIN itu.
Beliau merasa belum puas belajar di dalam negeri. Ditemani istrinya, Nurhayati, pada tahun 1980, ia pergi ke negeri kelahiran Nabi Muhammad SAW, Makkah Al-Mukarramah. Di sana ia belajar di Universitas King Abdul Aziz dan Ummul Qurra, dari sarjana hingga doktoral. Di Makkah, setelah putra-putranya lahir, KH. Said Aqil Siradj harus mendapatkan tambahan dana untuk keluarga.
Beasiswa dari Pemerintah Saudi, meski besar, dirasa kurang untuk kebutuhan tersebut. Beliau kemudian bekerja di toko karpet besar milik orang Saudi di sekitar tempat tinggalnya. Di toko ini, KH. Said Aqil Siradj bekerja membantu jual beli karpet untuk dikirim kepada pembeli yang memesan.
Keluarga kecilnya di Tanah Hijaz juga sering berpindah-pindah untuk mencari kontrakan yang murah. “Pada waktu itu, bapak kuliah dan sambil bekerja. Kami mencari rumah yang murah untuk menghemat pengeluaran dan mencukupkan beasiswa yang diterima Bapak,” ungkap Muhammad Said, putra sulung KH. Said Aqil Siradj.
Dengan keteguhannya hidup ditengah panasnya cuaca Makkah di siang hari dan dinginnya malam hari, serta kerasnya hidup di mantan “tanah Jahiliyyah” ini, beliau menyelesaikan karya tesisnya di bidang perbandingan agama: mengupas tentang kitab Perjanjian Lama dan Surat-Surat Sri Paus Paulus.
Kemudian, setelah 14 tahun hidup di Makkah, beliau berhasil menyelesaikan studi S-3 pada tahun 1994, dengan judul: Shilatullah bil-Kauni fit-Tashawwuf al-Falsafi (Relasi Allah SWT dan Alam: Perspektif Tasawuf). Pria yang terlahir di pelosok Jawa Barat itu mempertahankan disertasinya diantara para intelektual dari berbagai dunia dengan predikat Cumlaude.
Ketika bermukim di Makkah, beliau juga menjalin persahabatan dengan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). “Gus Dur sering berkunjung ke kediaman kami. Meski pada waktu itu rumah kami sangat sempit, akan tetapi Gus Dur menyempatkan untuk menginap di rumah kami.
Ketika datang, Gus Dur berdiskusi sampai malam hingga pagi dengan Bapak,” ungkap Muhammad Said bin Said Aqil. Selain itu, KH. Said Aqil Siradj juga sering diajak Gus Dur untuk sowan ke kediaman ulama terkemuka di Arab, salah satunya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki.
Guru-guru Prof Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A
KH. Aqil Sirodj
KH. Abdul Karim (Mbah Manaf) Di Lirboyo
KH. Mahrus Ali
KH. Marzuki Dahlan
Kiai Muzajjad Nganjuk.
KH. Ali Maksum (Krapyak)
Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki
Pondok Pesantren Prof Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A
Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah didirikan oleh KH. Said Aqil Siroj dimulai sejak tahun 2011. Baru pada 28 Juli 2013 memulai membuka pengajaran pendidikan madrasah tingkat Aliyah atau SMA, tepatnya saat memasuki bulan Suci Ramadhan.
Pesantren ini, membuka Sekolah Peradaban (Civilization School) tingkat Tsanawiyah dan Aliyah dengan sistem pembelajaran terintegrasi guna menghasilkan generasi-generasi bangsa yang bermoral terpuji, terdidik, berbudaya, berkarakter, dan berperadaban.
Anak KH. Said Aqil Siradj
Muhammad Said Aqil
Nisrin Said Aqil
Rihab Said Aqil
Aqil Said Aqil
Murid KH. Said Aqil Siradj
Murid-murid beliau di pesantren Al Tsaqafah merupakan santri beliau.
Mahasiswa Pascasarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mahasiswa di Institut Islam Tribakti Lirboyo Kediri
Mahasiswa Pascasarjana di ST Ibrahim Maqdum Tuban
Mahasiswa di•UNU Solo
Jasa-jasa KH. Said Aqil Siradj
Kiai Said Aqil Siradj juga salah satu lokomotif utama penggerak dakwah Islam Nusantara dan sebagai corong dakwah Islam khas Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah ke kancah Internasional.
- Menjadi Ketua TGPF Kasus pembantaian Dukun Santet Banyuwangi,1998
- Menjadi Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB), 1998
- Menjadi Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI, 1998
- Menjadi Wakil Ketua Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) Kerusuhan Mei,1998
- Menjadi Penasehat Gerakan Anti Diskriminasi Indonesia (Gandi).
- Menjadi Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) itu dinobatkan oleh Republika sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2012 karena kontribusinya dan komitmennya dalam mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berperan aktif dalam perdamaian dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah.
Karya KH. Said Aqil Siradj
- Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan Aspirasi.
- Dialog Tasawuf Kiai Said: Akidah, Tasawuf dan Relasi Antarumat Beragama (Khalista, LTN PBNU & SAS Foundation, Cet II, 2014)
- Ahlussunnah wal jamaah: sebuah kritik historis Said Aqiel Siradj
- Islam kebangsaan: fiqih demokratik kaum santri
- Berkah Islam Indonesia: jalan dakwah rahmatan lil'̄alam̄in
- Islam kalap dan Islam karib
- Islam sumber inspirasi budaya Nusantara: menuju masyarakat mutamaddin
- Ahlussunnah wal Jamaʼah dalam lintas sejarah
- Menggugat Tanggung Jawab Agama-Agama Abrahamik bagi Perdamaian Dunia
Karir KH. Said Aqil Siradj
Karier beliau telah memulainya sejak tahun 1994-sekarang. Perjalanan karier KH. Said Aqil Siradj sebagai berikut:
- Komisaris Utama KAI (2021)
- Tim ahli Bahasa Indonesia dalam surat kabar harian Al-Nadwah Mekkah (1991)
- Dosen di Institut Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) (1995 – 1997)
- Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1995 – sekarang)
- Wakil Direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997 – 1999)
- MKDU Penasehat Fakultas di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998 – sekarang)
- Wakil Ketua dari lima tim penyusun rancangan AD / ART PKB (1998)
- Komisi Member (1998 – 1999)
- Dosen Luar Biasa Institut Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999 – sekarang)
- MPR anggota fraksi yang mewakili NU (1999 – 2004)
- Penasehat Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) (2001 – sekarang)
- Dosen Pascasarjana ST Ibrahim Maqdum Tuban (2003 – sekarang)
- UNU Dosen Lulusan Universitas NU Solo (2003 – sekarang)
- Ketua Umum Pengurus Nahdatul Ulama (PBNU) (2010 – sekarang)
Kisah dan Teladan Hidup KH. Said Aqil Siradj
KH. Said Aqil Siradj Mandiri di Makkah
Belum puas beliau belajar di dalam negeri, KH. Said Aqil Siradj belajar di Universitas King Abdul Aziz dan Ummul Qurra, dari sarjana hingga doktoral. Dia ditemani istrinya, Nurhayati, pada tahun 1980.
Namun di Makkah, setelah anaknya lahir, Kiai Said Aqil Siradj harus mendapatkan tambahan dana untuk menopang keluarga. Ia kemudian bekerja sampingan di toko karpet besar milik orang Saudi di sekitar tempat tinggalnya. Di toko ini, Kang Said bekerja membantu jual beli serta memikul karpet untuk dikirim kepada pembeli yang memesan. Keluarga kecilnya juga sering berpindah-pindah untuk mencari kontrakan yang murah.
Beliau lantas menyelesaikan karya tesisnya di bidang perbandingan agama: mengupas tentang kitab Perjanjian Lama dan Surat-Surat Sri Paus Paulus. Setelah 14 tahun hidup di Makkah, KH. Said Aqil Siradj menyelesaikan studi S-3 pada 1994, dengan judul: Shilatullah bil-Kauni fit-Tashawwuf al-Falsafi (Relasi Allah SWT dan Alam: Perspektif Tasawuf).
Kepemimpinan KH. Said Aqil Siradj
KH. Said Aqil Siradj adalah pemimpin yang meniru gaya Nabi Muhammad SAW, khususnya dari bagaimana cara sang Nabi dalam mempersatukan perbedaan yang ada.
KH. Said Aqil Siradj bahkan pernah mengatakan bahwa keberhasilan sang Nabi dalam menciptakan masyarakat yang plural merupakan sesuatu yang patut ditiru oleh para pemimpin.
Beliau juga sangat menekankan bahwa Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi perbedaan serta menghormati penganut ajaran lain. Sikap toleran ini lah yang kemudian membuat KH. Said Aqil Siradj tidak hanya dicintai oleh anggota NU ataupun seluruh Muslim, tetapi juga dihargai oleh penganut agama lainnya.
Pengabdian KH. Said Aqil Siradj Kepada Nahdlatul Ulama
Setelah KH. Said Aqil Siradj mendapatkan gelar doktor pada 1994, beliau kembali ke tanah airnya: Indonesia. Kemudian Gus Dur mengajaknya aktif di NU dengan memasukkannya sebagai Wakil Katib ‘Aam PBNU dari Muktamar ke-29 di Cipasung. Ketika itu, Gus Dur “mempromosikan” KH. Said Aqil Siradj dengan kekaguman: “Dia doktor muda NU yang berfungsi sebagai kamus berjalan dengan disertasi lebih dari 1000 referensi,” puji Gus Dur.
Belakangan, KH. Said Aqil Siradj juga banyak memuji Gus Dur. “Kelebihan Gus Dur selain cakap dan cerdas adalah berani,” ujarnya, dalam Simposium Nasional Kristalisasi Pemikiran Gus Dur, 21 November 2011 silam.
Setelah lama akrab dengan Gus Dur, banyak kiai yang menganggap KH. Said Aqil Siradj mewarisi pemikiran Gus Dur. Salah satunya disampaikan oleh KH. Nawawi Abdul Jalil, Pengasuh Pesantren Sidogiri, Pasuruan, ketika kunjungannya di kantor PBNU pada 25 Juli 2011.
Kunjungan waktu itu, merupakan hal yang spesial karena pertama kalinya kiai khos itu berkunjung ke PBNU di dampingi KH An’im Falahuddin Mahrus Lirboyo. Kiai Nawawi menganggap bahwa KH. Said Aqil Siradj mirip dengan Gus Dur, bahkan dalam bidang ketidakbiasaannya.
“Nyelenehnya (ketidakbiasaannya)pun juga sama,” ungkap Kiai Nawawi. “Terus berjuang di NU tidak ada ruginya. Teruslah berjuang memimpin, Allah akan selalu meridloi,” tegas Kiai Nawawi kepada orang yang diramalkan Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU di usia lebih dari 55 tahun itu.
Penghargaan KH. Said Aqil Siradj
Berdasarkan The Moslem 500 yang diselenggarakan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Centre Amman, KH. Said Aqil Siradj merupakan salah satu tokoh muslim paling berpengaruh di dunia. Peringkat beliau diantaranya.
KH. Said Aqil Siradj dinobatkan oleh Republika sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2012 karena kontribusinya dan komitmennya dalam mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berperan aktif dalam perdamaian dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah.
Source:
https://laduni.id/
https://pecihitam.org/
https://www.nu.or.id/
https://www.muslimoderat.net/
Komentar0